Tiga model kereta cepat buatan Cina, Jumat (20/10/2017) siang, memikat hati banyak pengunjung pameran hasil pembangunan lima tahun pertama pemerintahan Presiden Xi Jinping yang berlangsung di "Beijing Exhibition Center".
Di antara para pengunjung yang terpikat dengan kehadiran tiga model kereta cepat Cina di ruang pameran yang memperlihatkan kepada publik hasil pencapaian kepemimpinan Xi Jinping di berbagai bidang sejak 2012 itu adalah belasan wartawan asing.
Mereka datang didampingi Philip Zhou, pejabat urusan kerja sama luar negeri People's Daily, dan sejumlah wartawan dari suratkabar terkemuka Cina yang merupakan organ media partai berkuasa di negara berpenduduk sekitar 1,4 miliar jiwa ini.
"Nah ini dia kereta cepat terbaru kami. Kecepatannya mencapai 350 kilometer per jam," kata Meng Xiangling, redaktur People's Daily urusan pemberitaan luar negeri, sembari menunjuk tulisan "ZES 500 100" dan angka "350 km/h" di badan kereta.
Kepada wartawan asing yang dipandunya, Meng Xiangling mengatakan keberadaan kereta cepat di negaranya sangat penting dalam sistem transportasi massal karena terbukti efektif mendukung mobilitas warga dari satu kota ke kota lain dalam waktu yang cepat.
"Pernah sekali waktu saya ditugaskan kantor untuk menghadiri seminar di Shanghai. Saya gagal menghadirinya setelah keberangkatan pesawat saya 'delay'. Hal ini tak bakal terjadi kalau hari itu, saya berangkat naik kereta api cepat," katanya.
Tak hendak melewatkan momen langka ini, Torn Chanritheara, jurnalis Kamboja yang bekerja untuk portal berita ThmeyThmey, meminta bantuan seorang rekannya untuk mengambil foto dirinya dengan latar belakang model kereta cepat terbaru Cina itu.
Kehadiran tiga model kereta api cepat di ruang pameran yang letaknya tak jauh dari pintu masuk utama gedung "Beijing Exhibition Center" itu tak hanya berhasil menarik perhatian pengunjung tetapi juga sekaligus mengundang rasa penasaran mereka.
Bagi pengunjung yang penasaran dengan suasana interior kabin kereta cepat terbaru "ZES 500 100" dan pemandangan kota dan desa yang dilintasi, panitia pameran menyediakan ruang simulasi yang dibuat mirip keadaan kabin kereta lengkap dengan susunan kursinya.
Keberhasilan Cina membangun kereta api cepatnya ini menjadi bukti penguasaannya yang baik dalam inovasi teknologi angkutan massal berbasis rel yang tak kalah dari bangsa-bangsa maju lain di dunia.
Bahkan, B.R.Deepak, akademisi Universitas Jawaharlal Nehru India, berpendapat kereta cepat merupakan inovasi teknologi yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi langgeng Tiongkok disamping "Alipay, program berbagi sepeda, dan belanja online" (Xinhua, 2017).
Dipandang dari kualitas produk, kereta cepat buatan Cina ini tak dapat dipandang sebelah mata karena terbukti aman dan nyaman serta telah pernah ditawarkan kepada sedikitnya 20 negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia dan Brasil (Zhao Lei, 2015).
KA Jakarta-Bandung Bagi Indonesia, kereta cepat buatan Cina ini akan membuka era baru sistem angkutan massal berbasis rel di negara berpenduduk 250 juta jiwa itu jika proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dapat diselesaikan sesuai rencana.
Optimisme menyertai perjalanan panjang proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung ini menyusul laporan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Partai Komunis China yang disampaikan kepada wartawan dalam dan luar negeri Cina hari Sabtu (21/10).
Komisi ini menyatakan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan proyek kereta Tiongkok-Laos, Thailand, serta Hongaria dan Serbia dalam kerangka kerja sama Inisiatif Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim mengalami kemajuan positif.
Terkait dengan proyek pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung ini, Direktur Bisnis Asia China Railway Group Limited (CREC) Li Jianping mengatakan dia yakin pembangunan proyek infrastruktur tersebut akan selesai sesuai jadwal pada akhir 2019.
"Proyeknya terus berjalan sesuai jadwal dan sesuai harapan pemerintah kedua negara. Tahun ini kami memang fokus pada pembebasan lahan sebagai tahap persiapan konstruksi," katanya saat menerima kunjungan wartawan ASEAN September lalu.
Wakil Presiden M. Jusuf Kalla sendiri telah pun mendorong badan usaha milik negara di Indonesia dan Tiongkok yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) agar segera menuntaskan hambatan pembebasan lahan ini.
Penyelesaian masalah pembebasan lahan tersebut, menurut Wapres Jusuf Kalla, penting agar pembangunan proyek senilai 6,07 miliar dolar Amerika Serikat itu dapat segera dilaksanakan.
"Pembebasan lahan itu masalah pokok, tinggal masalah berapa kilometer sehingga itu bisa dimulai," katanya akhir Agustus lalu.
Apakah proyek pembangunan kereta cepat pertama Indonesia dari kerja sama dengan Cina ini berhasil atau mangkrak, waktu yang akan membuktikan.
Namun, kemampuan Cina memproduksi sendiri kereta cepat untuk memenuhi kebutuhannya maupun dunia itu berawal dari lawatan Deng Xiaoping ke Jepang pada 22 Oktober 1978.
Di hari kelima kunjungan kenegaraannya itu, arsitek modernisasi Cina ini sengaja meminta naik kereta cepat Shinkansen dari Tokyo ke Kyoto (Wang Xiong,2016).
Pengalaman Deng naik Shinkansen itu semakin meneguhkan tekadnya untuk memulai reformasi dan kebijakan pintu terbuka yang menghadirkan kemajuan pesat Cina di berbagai bidang, termasuk menjadikannya salah satu negara produsen kereta cepat di dunia. (Antara)