Upah Buruh Mahal, Apindo Tuding Ini Bikin Ekonomi Lesu
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengklaim bahwa dunia usaha tanah air kini mengalami kelesuan. Kondisi ini disebabkan penurunan daya beli masyarakat Indonesia.
"Memang daya beli masyarakat kita turun. Bukan karena perubahan pola belanja dari konvensional ke e-commerce," kata Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani, saat dihubungi oleh Suara.com, Selasa (3/10/2017).
Hariyadi menegaskan bahwa Apindo mengalami banyak keluhan dari para produsen. Ini membuktikan bahwa volume penjualan tengah mengalami penurunan akibat penurunan daya beli masyarakat.
"Memang betul bahwa e-commerce mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Tapi size-nya masih kecil. Tidak serta merta menggambarkan secara keseluruhan bahwa masyarakat kini mengubah pola belanjanya," ujarnya.
Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat Indonesia merupakan imbas dari kebijakan pengupahan buruh di Indonesia yang mahal. Peraturan ketenagakerjaan di Indonesia terlalu ketat dan memaksa perusahaan menaikkan upah buruh setiap tahun. Akibatnya, banyak perusahaan Indonesia mengalami efisiensi dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagian karyawannya.
"Akibatnya kelas menengah bawah yang semula masuk sebagai pekerja sektor formal, berubah menjadi sektor informal. Begitu dia pindah ke informal, pendapatannya tidak stabil dan belum tentu dia bisa kembali ke sektor formal," jelasnya.
Apindo mengkritik peraturan upah ketenagakerjaan di Indonesia yang terlalu mahal. Padahal berbicara ekonomi jelas tak bisa lepas dari distribusi pendapatan. Ketika banyak yang tidak memiliki gaji tetap, ekonomi Indonesia jelas terpengaruh.
"Kini uang semakin banyak bertumpuk ke kelas menengah atas. Ini tidak bagus," tutupnya.
Â
0 Response to "Upah Buruh Mahal, Apindo Tuding Ini Bikin Ekonomi Lesu"
Posting Komentar