Apa resep sukses kontingen atlet difabel Indonesia?
Atlet-atlet difabel sukses mengantarkan Indonesia menjadi juara umum ASEAN Para Games 2017 pada September lalu di Kuala Lumpur. Perolehan medali Indonesia, 126 emas, 75 perak, dan 50 perunggu, tidak terkejar tuan rumah Malaysia yang mendulang 90 emas, 85 perak, 83 perunggu.
Dari semua medali yang diraih Indonesia, cabang atletik dan renang menyumbangkan masing-masing 40 dan 39 emas.
Menurut Sekretaris Jenderal Komite Paralimpik Nasional Indonesia (NPC), Pribadi, hal itu memang merupakan bagian dari strategi yang telah diperhitungkan.
"Dari 16 cabang olah raga yang dipertandingkan di Kuala Lumpur, kami hanya mengikuti 11 cabang olah raga. Umpamanya atletik, nomor-nomor apa yang bisa meraih medali emas. Pelatih-pelatih kami sudah menguasai perhitungan itu," kata Pribadi.
Strategi berikutnya adalah pemusatan latihan yang berlangsung secara intensif. Pribadi mengatakan para atlet difabel memusatkan latihan di Solo, Jawa Tengah, selama 10 bulan.
"Kami dari awal sudah yakin bahwa kalau difasilitasi seperti ini, kami akan juara umum."
Perekrutan atlet
Namun, terlepas dari perhitungan strategi dan pemusatan latihan, modal utama kontingen Indonesia adalah para atlet yang mumpuni.
Selama kurang dari sepekan ASEAN Para Games berlangsung, kontingen Indonesia telah memecahkan 36 rekor yang terbagi dalam tiga cabang olahraga, yaitu renang, angkat besi, dan atletik.
Slamet Widodo, selaku pelatih atletik, menuturkan hal itu dapat ditelusuri sejak masa perekrutan.
"Kami melihat atlet itu dari fisiknya. Meskipun dia punya keterbatasan di mata, misalnya, kakinya dan kekenyalan ototnya itu kami lihat. Kemudian contoh lagi, tuna daksa yang kehilangan satu tangan, tapi kakinya kuat, posturnya bagus. Nah, individu seperti itu kami rekrut. Setelah direkrut, kami bina dengan bagus. Mulai dari latihan kecepatan, power, dan sebagainya," papar Slamet.
0 Response to "Apa resep sukses kontingen atlet difabel Indonesia?"
Posting Komentar